Senin, 02 Juni 2014

My Heart

Mari kita bicara tentang perasaan,
perasaanku, perasaanmu, perasaannya, perasaan kita.

Mari kita bicara tentang cinta, tentang benci,
cintaku benciku, cintamu bencimu, cintanya bencinya, cinta benci kita.

Mari kita bicara tentang luka, tentang dendam,
lukaku dendamku, lukamu dendammu, lukanya dendamnya, luka dendam kita.

Mari kita bicara, ....


" Luka tamparan elo kemaren mungkin besok udah ilang, tapi luka di hatinye kagak bisa ilang.
Biar kate lo udah minta maaf, mungkin di depan dimaafin ama die karena die takut.
Dua orang yang lo tampar kemarin, akan sakit hati selame-lamenye.
Itu yang minta amalan lo di akhirat. Iya kalo amalan lo banyak!
Nih, kandang ayam buat lo.
Jangan cuma ayam aja yang lo kandangin, kandangin juga nafsu lo."

Itu nasehat alm. K.H. Rahmat Abdullah untuk adiknya. Pasti kamu juga sudah tahu, bukan?

Benar bahwa luka di hati tidak akan pernah bisa hilang.
Tapi kenyataan ini bukanlah untuk dijadikan pembenaran bagi diri kita
guna mengingat-ingatnya, menyimpan dendam, kebencian kepada orang lain.
Kalau kita sungguh memahami bahwa luka di hati kita bersifat kekal,
maka semestinya kita menjaga diri untuk tidak lakukan hal serupa.
Kalau kita sungguh memahami bahwa luka di hati bersifat kekal,
bahwa pemberian maaf yang tulus itu nyaris tak mungkin;
semestinya kita mulai menahan diri dengan melupakan luka di hati,
berusaha memberikan maaf bagi orang lain dengan setulus hati,
agar hal serupa tidak terulang pada diri kita.
Bukankah kita juga ingin dimaafkan ketika kita berbuat salah?

Mari kita bicara kepada hati, sungguhkah ia sudah mengerti?
Tentang luka yang abadi, tentang maaf yang sering tak setulus hati.
Lalu memulai saling bicara dari hati ke hati.

Maafkan aku yang tak bisa selalu memahami hatimu.

0 komentar:

Posting Komentar

Forbes Entrepreneurs

 
;