Minggu, 06 Juli 2014

Wanita dan Hijabnya

" Kamu cantik,"

Berbilang empat tahun lalu, saat pertama sms dari nomor tak dikenal masuk ke handphone-nya. Lantas disusul oleh sms telepon berikutnya, mulai menyebutkan hal-hal yang tidak pantas. Seorang pria tak dikenal itu, mulai mengirimkan fantasi seksualnya baik dalam bentuk pesan maupun suara. Pelecehan seksual by phone, bolehkah saya sebut demikian?


" Kenal saya darimana?"

 " Saya pernah melihatmu di Masjid."

Hanya melihat, bagaimana bisa? Apa ia terlihat seperti perempuan yang "begitu"? Pikirnya, seraya menatap hijab yang ia kenakan. Apa yang salah darinya? Sikapnya pada lelaki? Ia selalu menjaga jaraknya dari laki-laki. Atau hijabnya? Ia selalu menjaga hijabnya untuk tetap syar'i. Secantik itukah dirinya hingga mampu membuat seorang pria mengaku jatuh hati pada pandangan pertama? Ia bahkan tak pintar berdandan.                             59. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Q. S. Al-Ahzab)

Berhijab berarti menahan keinginan diri untuk terlihat cantik. Berhijab berarti menjadi seseorang yang tidak mau menarik perhatian. Ia mulai memahami, hijab hanyalah sarana. Apakah tujuan berhijab akan tercapai ataukah tidak, berhijab hanyalah ikhtiar. 
 " Ketika kita telah memahami bahwa berhijab adalah sebuah ikhtiar, maka sia-sia saja hijab itu jika hanya dimaknai sebagai kain penutup kepala, kain penutup dada. Maka sia-sia saja hijab itu apabila tidak diikuti dengan menghijab hati, menghijab mata, menghijab telinga, menghijab hawa nafsu, menghijab perilaku, menghijab tutur kata, menghijab diri dari tindakan yang dapat merugikan orang lain. Ada yang harus kita sadari, hijab hanyalah sebuah awal. Sebuah awalan akan selalu menuntut adanya penyelesaian."

Bagaimana bisa seorang pria ( dengan penyakit di hatinya) mengaku jatuh hati pada ia hanya lewat sekilas pandang?  Ia menelisik lagi, jauh ke dalam lubuk hati. Sudah benarkah niatnya berhijab selama ini? Masihkah ada keinginan untuk terlihat cantik di hadapan orang lain? Masihkah ada keinginan untuk diperhatikan oleh orang lain? Jika masih ada, maka ia benar-benar belum mengerti hakikat berhijab yang sesungguhnya. Hijab terlalu sederhana untuk dipandang sebagai penutup kepala.  

Menjadi
 perempuan selalu tidak sesederhana yang saya bayangkan. Sejak akil baligh sudah menerima titah dari Raja Maha Tinggi, berhijab. Sering hati ini bertanya, bisakah terus menjaganya? Sebagai seorang wanita yang selalu punya keinginan untuk terlihat cantik, sebagai seorang wanita yang selalu punya rasa iri memandang kecantikan wanita lain. Sejauh mana diri ini bisa meredam keinginan untuk menjadi pusat perhatian? Di tengah rekan-rekan yang saling berlomba tampil mempesona. 

Menyadari bahwa berhijab adalah upaya terus menerus untuk memperbaiki diri. Apa bisa saya menjalankan misi ini sampai akhir? Sedang di kiri kanan, satu dua teman, memilih untuk menyederhanakan pemahaman, bahkan memutuskan untuk berhenti melangkah. Di tengah stigma yang terlanjur terbangun, bahwa seorang wanita berhijab tak boleh bercela. Di antara satu dua celaan yang saya yakin akan selalu ada mengiringi setiap langkah dalam ketaatan pada-Nya.

Kutulis
 catatan ini, dengan keresahan di setiap hurufnya. Tak henti hati ini berbisik mengiring setiap kata, " Apakah besok aku masih bisa menjaganya?"  

0 komentar:

Posting Komentar

Forbes Entrepreneurs

 
;